Tuesday, December 5, 2006

DANI AHMAD, AA GYM DAN ISU GENDER

Fenomena cukup menarik pada penutup tahun 2006, diawali dengan kasus Dani Ahmad dan Maia, A'a Gym dengan teh Nini, dan kehebohan kasus YZ dan ME. Saya kira bukan suatu kejadian yang kebetulan terjadi bersamaan. Tetapi yang menarik, hanya Aa Gym yang membangkitkan kelaki-lakian para aktivis perempuan. Padahal seharusnya sikap Dani Ahmad yang menunjukkan superioritasnya terhadap perempuan, atau kasus YZ yang sudah jelas melecehkan perempuan.
Dengan kejadian tersebut, membangkitkan kembali perdebatan sekitar masalah wanita, peran ganda, partisipasi aktif dan hak-hak wanita, yang semuanya terakumulasi dalam konsep emansipasi wanita yang sudah menggelinding sejak beberapa abad yang lalu.
Saya ada tulisan (Berryl C. Syamwill, Mencari Akar Rumah masa depan, Panjimas No. 572 April 1988), Ia mengutip Felix Marti Ibanez, seorang dokter spanyol, pengembbara dunia dan pemimpin majalah kedokteran, yang membuat ungkapan jitu tentang Pria dan Wanita. " Sejak akil-balig bentuk fisik pria dan wanita itu telah berbeda". Pria itu relatif jangkung, lurus, datar, patah-patah dan bersegi-segi, cocok untuk kegiatan berpetualang, menjelajah, menggapai dan mencucuk di lingkungan yang senantiasa baru. Wanita itu lunak, lentur, lengkung, membulat, mengaret (menggelembung dan mengempis), diciptakan untuk menggelinding, bergerak selaras berirama atau sama sekali diam menjaga "gawang"nya. Logika matematis dari sesuatu yang bulat atau lengkung, mensyaratkan adanya titik pusat bentuk-bentuk itu. Wanita memang berpusat di dalam dirinya sendiri. Kalu pria memahat monumen kebesaran dimana-mana, maka wanita mengukir tugu kenangan di dalam dirinya sendiri. Satu-satunya masalah wanita adalah mengupayakan agar tugu yang di dalam itu memancarkan sinarnya agar terlihat dari luar.
Disamping yang nyata-nyata fisiologis, Ibanez menjajarkan serentetan perbedaan intrinsik lainnya. Bahwa, pria mencari wanita sebagai perempuan, sebagai lawan jkenis saja. Wanita mencari pria sebagai sosok yang menjejakkan prestasi. Seksualitas wanita sentripetal, seksualitas pria sentrifugal. Wanita secara pamer memilih satu pria, pria diam-diam memilih semua wanita.
Dua pemberian alam terbesar bagi kemanusiaan ialah kecerdasan pada pria dan kesuburan pada wanita. Lewat kecerdasannya, pria menyokong diri sebagai seseorang, melalui kesuburannya, wanita melindungi dan menjamin evolusi dari generasi ke generasi. Pria mati meningggalkan sebongkah karya, wanita mati meningggalkan evolusi keturunan yang akan berlanjut kelak, dari masa ke masa. Pria bertahan dalam ruang, wanita bertahan dalam waktu. Itulah kias monumen kebesaran dan tugu kenangan, yang mengaitkan keberpasangan ruang dan waktu.
Wanita punya kekuatan "magis" untuk mengisi kekosongan dunia, karena dia sendiri berakar disana, sementara pria bebas lepas daripadanya, bergerak dinamis, kreatif atau luntang-lantung. Jika pria hidup kasak kusuk dalam kosmos, maka wanita adalah kosmos itu sendiri. Bahkan sejak gadis kecil, wanita tidaklah sepenakut pria atau anak laki-laki dalam sepi dan sendiri. Sejak awal penciptaannya, manusia prialah yang membutuhkan teman, sedang wanita adalah sang teman itu sendiri. Wanita diam dalam kesendirian kosmisnya, tidak mencari gara-gara, sehingga tak perlu takut akan bahaya apapun. Wanita senantiasa ditemani oleh misi kosmis keibuan-mata air kehidupan yang terus memancar dan mengalir dengan tenangnya.
Oleh perbedaan-perbedaan alamiah itulah terjadi perbedaan fungsi yang mendasar - kata Ibanez - yang seharusnya berlaku sepanjang zaman: pria bergerak di luar, wanita mantap di dalam rumah!
Di Zaman purba, kegiatan wanita, keanggunan, kepandaian, keunggulan dan keelokannya; pendek kata seluruh curahan daya dan citanya bertumpu di rumah, wanita hamil, melahirkan, menyusukan, mengasuh dan mendidik anak, disamping merawat yang tua dan sakit. Di rumah, ia menakar persediaan makanan, mencukupi kebutuhan dengan daya dukung alam seputar rumah bertanam dan beternak. Pada tahap selanjutnya, mendesain rumah, perabot, pakaian, perhiasan, menafasi kesusateraan dan kesenia. Kaum pria, dengan sifat gelisah, senantiasa menjelajah, merintis dan menaklukkan daerah-daerah baru, mengubah dan mengamankan lingkungan hidup, mencari "nafkah" di hutan dan di laut, menantang bahaya, permusuhan dan persaingan. Prialah ujung tombak yang mencucuk dan menguak dunia baru, wanita pengemban dan penyelenggaranya.
Pola pembagian kerja secara seksual ini layak sebua masterpiece desain; secara fungsional memenuhi kebutuhan hidup individu dan masyarakat, secara emosional memuaskan batin pelakunya. Ini terbukti dari lahirnya kebudayaan-kebudayaan besar di atas landasan itu selama beribu-ribu tahun.. sampai suatu saat, sebuah revolusi industri memutus rantai sejarahnya; seluruh proses differensiasinya jadi kacau balau! pada masa yang kritis itu, sektor luar rumah berkembang terlalu pesat sehingga tak terimbangi oleh sektor dalam rumah.
Pergeseran yang makin timpang akhirnya mengabaikan dan mematikan kreasi pertumbuhan kerja-kerja rumah. Pandangan hidup yang semakin materialistis tak memandang sebelah mata pada model jasa-jasa besar yang anonim dan non profit yang selama ribuan tahun diperani wanita. Keluarnya wanita dari "rumahnya" itu, baik akibat kebingungan sendiri, maupun kelicikan kaum industrialis kapitalis untuk memperoleh tenaga kerja murah, telah membangkitkan gelombang debat dan perang konsep yang simpang siur yang tak kunjung usai, yang buntutnya melenceng pada permusuhan wanita melawan pria.
Penelitian-penelitian antropologis pada beberapa suku terasing menunjukkan bahwa yang disebut "emansipasi" idaman itu sudah diwarisi sejak ribuan tahun lampau. Pemisahan seksual dengan pengucilan hunia, hijab, purdah dan sebagainya, yang semula dianggap "merendahkan" itu, ternyata dijunjung tinggi oleh kaum wanita itu sendiri demi terpeliharanya rasa malu, kehormatan, hubungan darah, keleluasaan otonomi dan kemandirian di lingkungan sesama. Dengan keyakinan diri yang khas, mereka tidak berorientasi kepada pria, namun pada jarak tertentu tetap menjaga rasa hormat menghormati.
Munculnya para pengkonsep pasca - feminit yang sudah bergeser dan bahkan bertolak belakang dari jalur rintisan, adalah bukti betapa mengambangnya segala konsep pemikiran yang mengabaikan kepekaan dan pengamatan cermat terhadap sifat-sifat alam, dan yang tidak bertitik tolak dari kerendahan hati dan keterbukaan ilmiah yang bebas prasangka dan maksud-maksud terselubung.
"Menggiring" wanita kembali ke rumah, sebenarnya tidaklah seburuk gambaran menghalau ternak pulang kandang. Sebab, rumah adalah "mesin tempat tinggal" - sekarang ini mampu membuat kegiatan-kegiatan didalamnya berjalan cepat, lancar, nyaman, mudah, praktis, otomatis. Jadi di rumah ideal kini memang tersedia kesenangan ideal.
Sampai kini, reaksi terhadap seruan-seruan agar wanita tinggal di rumah, sebagian besar masih pada tahap marah, cemooh atau anggap sepi, meskipun kata "tinggal" diperhalus menjadi "berpangkalan" atau "bermarkas".

No comments: